Sunday, 8 February 2015

CIRI CIRI PERKUTUT BANGKOK

                                            CIRI- CIRI PERKUTUT BANGKOK 






Bagi masyarakat penggemar perkutut di Indonesia , jika berniat mencari burung perkutut untuk tujuan dipelihara dipasar-pasar burung pastilah akan mencari burung perkutut jenis bangkok. lalu apa alasannya dan bagaimana ciri-ciri dari perkutut bangkok dengan perkutut lokal tersebut ? perkutut bangkok dan perkutut lokal memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama.
Namun burung bangkok memiliki ukuran tubuh yang kecil atau hanya setengah dari ukuran tubuh burung perkutut biasa. Selain itu burung perkutut lokal memiliki warna putih pada lingkaran mata yang lebih besar daripada burung perkutut bangkok. 



Selain itu untuk membedakan burung perkutut bangkok dengan lokal bisa dilakukan dengan mendengar suara kicauannya. Suara kicauan perkutut bangkok cenderung ngebass atau lebih besar sedangkan burung perkutut lokal yang berasal dari hutan memiliki suara kicauan yang cenderung datar, ringan dan berirama cepat.

Semua perbedaan itu bisa dibilang benar, namun juga bisa dibilang salah. Alasannya adalah karena sebenarnya banyak penghobi burung yang salah paham mengenai perbedaan burung perkutut bangkok dan burung perkutut lokal, karena keduanya sebenarnya sama-sama berasal dari jawa.

Perbedaannya hanya karena burung perkutut bangkok adalah burung perkutut belang (G.S Striata) yang sebelumnya berasal dari Jawa lalu diekspor ke Thailand Selatan sejak 50 tahun yang lalu. yang pada akhirnya burung perkutut ini berkembang biak dan menjadi  indukan serta salah satu burung peliharaan yang juga sering dijadikan sebagai burung jagoan di Thailand.

Burung perkutut memiliki 2 jenis kerabat dekat yang merupakan perkutut lokal, yaitu Barred-Ground Dove  (Geopelia Humeralis) dan Diamond Dove (Geopelia Cuneata).

Barred-Ground Dove [Geopelia Humeralis] merupakan burung perkutut yang memiliki ukuran badan besar atau hampir dua kali lipat daripada burung perkutut biasa. Burung ini banyak ditemukan di Australia bagian utara.

Sedangkan Diamond Dove (Geopelia Cuneata) merupakan burung perkutut yang biasanya digunakan sebagai induk asuh untuk mempercepat proses pertumbuhan anak burung (piyik) perkutut.

Para penghobi burung belakangan ini kurang berminat terhadap burung perkutut lokal karena burung yang ditangkap dari alam ini memiliki kualitas suara yang menurun. Selain itu burung perkutut lokal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi rajin panggung.

Burung perkutut bangkok hanya membutuhkan waktu sekitar 7 bulan untuk bisa rajin panggung, lalu coba bandingkan dengan burung perkutut lokal yang membutuhkan waktu sekitar 2-4 tahun. Meskipun begitu tidak sedikit juga penggemar perkutut yang lebih menyukai alunan suara perkutut lokal. 

Sejarah perkutut bangkok


Awal cerita perkutut bangkok sebenarnya terjadi pada jaman romusha, dimana saat itu pekerja romusha dikirim ke negeri Jepang untuk melakukan kerja paksa. Dan entah bagaimana asal mulanya, beberapa pekerja membawa burung perkutut dari jawa pergi ke negeri Jepang sebagai sarana hiburan. 

Maka sejak saat itulah perkutut mulai dikenal disana hingga meramba ke Muangthai. Di Muangthai sendiri, perkutut liar atau perkutut asli hutan Muangthai bisa dibilang tidak ada. Karena burung perkutut yang berada di Muangthai pada awalnya juga berasal dari pulau Jawa, dimana mereka menyebut burung perkutut dengan nama “Nukhao Chewah” atau dalam bahasa kita berarti Burung Jawa. 


Pengembangan perkutut ini baru dimulai sekitar tahun 1950an. Bahkan para penggemar perkutut yang berniat menangkar dan mengembangkan burung ini, rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk mendapatkan burung perkutut jawa yang berkualitas untuk dijadikan indukkan. Dan rupanya, tidaklah sia-sia apa yang telah dilakukkan. Salah satu daerah penangkaran perkutut yang cukup tenar adalah Channa, 400 km arah selatan dari kota Bangkok.

Sebelum memasuki tahun 1980an, burung berkutut Bangkok belumlah banyak dikenal. Dalam perlombaan, burung ini selalu saja tersisih dan belum mampu bersaing dengan perkutut lokal di Gelanggang Konkurs (perlombaan) Perkutut Indonesia dalam hal irama manggung yang memang masih kalah bagus.

Namun demikian, banyak para penggemar perkutut yang mengakui bahwa perkutut Bangkok mempunyai keunggulan tersendiri. Suara Bassnya yang besar serta bunyi “khooong”nya yang menghentakk rata adalah keistimewaan daripada burung ini. Selain itu juga dari segi usia, umur 8 bulan sampai setahunan burung ini sudah bisa manggung. Saat umur 3 tahun sudah gacor dan rajin manggung.

barulah pada pertengahan tahun 1980, tepatnya pada bulan mei, Menteri Negara Urusan KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) yang saat itu dijabat oleh Bpk Emil Salim, melarang konkurs burung yang bukan berasal dari hasil penangkaran/peternakkan. Sejak saat itulah nama perkutut Bangkok mulai terangkat dan sedikit demi sedikit mulai merajai kontes-kontes di gelanggang konkurs Indonesia. Karena pada saat itu masih jarang perkutut lokal diternak oleh para penangkar.

Ciri Perkutut Bangkok

Seperti disebutkan diatas, ciri-ciri perkutut lokal dan perkutut Bangkok sangatlah mirip sehingga sulit untuk dibedakan. Salah satu patokan yang bisa dijadikan sebagai pembeda umum pada perkutut Bangkok adalah pemberian gelang alumunium pada kakinya sebagai tanda pengenal. Saat ini gelang pengenal juga digunakan sebagai tanda pengenal pada perkutut blasteran (persilangan jantan lokal dengan betina bangkok). Gelang pengenal itu dipasangkan saat perkutut masih “piyek” berusia sekitar 7-10 hari.

Karena itu pula jika anda benar-benar berniat untuk membeli perkutut Bangkok, maka lihatlah gelang pengenalnya.  Gelang yang baik mempunyai bentuk sempurna tanpa adanya sambungan atau bekas pateri. Kalau gelang pengenal pada perkutut terdapat bagian yang cacat atau rusak, maka sobat wajib curiga pada keaslian burungtersebut. 

 SALAM BURUNG JUARA 


No comments:

My Blog List